Batam dalam Lintasan Sejarah Melayu (5)
Berdasarkan yang diktip Aswandi Syahri, Horsburg menulis begini:
“Teluk Boolang, di Pulau Battam, atau Pulo Battam, terletak kira- kira 13 atau 14 mil sebelah tenggara Singapura, menyediakan tempat berlabuh yang aman, dan akhir-akhir ini sering dikunjungi kapal-kapal Amerika; di sini mereka memperoleh barang muatan, dan berdagang dengan Singapura, dalam rangka menghindari biaya tambahan bila langsung pergi ke Singapura, karena Teluk Bulang berada di luar batas wilayah kekuasaan Inggris.”
Temenggung Abdul Jamal dan Pulau Bulang
Nama Temenggung Abdul Jamal tak dapat dipisahkan dengan Pulau
Bulang yang sekarang berada dalam wilayah administratif Kota Batam.
Dalam gemuruh dan leguh-legah sejarah Melayu, mulai sejak runtuhnya Kemaharajaan Melayu Melaka sampai kemudian munculnya Singapura sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan penting semenjak dibangun Raffles, nama Pulau Bulang telah terserlah dalam sejarah.
Catatan sejarah yang menyebut Bulang di antaranya dapat disenaraikan sebagai berikut:
- Pada 1526 pasukan Portugis di bawah pimpinan Don Sanchez Enriquez membakar Pulau Bulang setelah sebelumnya membumihanguskan Bengkalis. Pulau Bulang pada masa itu merupakan kubu pertahanan terpenting pasukan Melayu. Setelah melumpuhkan benteng di Pulau Bulang, Portugis kemudian menyerang pertahanan Sultan Mahmud Syah I di Pulau Bintan. Akhirnya penguasa terakhir Melaka itu mundur ke Kampar.
- Setelah dibakar Portugis, masyarakat Melayu kembali membangun permukiman dan menata pelabuhan di Pulau Bulang Dari catatan seorang Portugis bernama Resende, sebagaimana dikutip Aswandi Syahri, Pulau Bulang sudah terkenal sebagai pelabuhan dan pusat perdagangan, jauh sebelum pelabuhan Riau ibuka oleh Tun Abdul Jamil pada 1673. Resende menyebut pulau ini dengan nama Bulla, yang pada masa itu sudah padat pemukim dan pelabuhannya sangat ramai.
(Bersambung)
Disadur dari buku “Sejarah Melayu”
Karya: Ahmad Dahlan, PhD