Selama tiga hari ke depan, Jumat-Minggu (8-10/11/2019) digelar Perkemahan untuk Penggalang dan Penegak se Kepulauan Riau, sempena Milad ke 110 Muhammadiyah. Kegiatan ini berlangsung di bumi perkemahan Taman Wisata Alam, Mukakuning Batam.
Meski sempena Milad ke 110 Muhammadiyah, namun pesertanya berasal dari beragam sekolah di Kepulauan Riau ini. Bahkan langsung dibuka oleh Walikota Batam H Muhammad Rudi yang diwakili Sekretaris Daerah Kota Batam H Jefridin.
Dalam sambutannya, Kak Jefridin yang juga Ketua Harian Kwartir Cabang Pramuka Batam itu, banyak menyampaikan filosofi tunas kelapa, lambang Pramuka yang diciptakan oleh Soehardjo Admodipura sejak 1961 lalu.
Kelapa sebagai satu-satunya tumbuhan di Indonesia yang bisa hidup dimana saja. Tak hanya di tanah, digantung pun bisa hidup
“Maknanya, Pramuka harus seperti itu. Harus mampu bmenyesuaikan diri dalam masyarakat dimana dia berada dan dalam keadaan bagaimanapun juga,” jelas suami Ketua DWP Kota Batam Hj Hariyanti ini.
Filosofi lain kenapa tunas kelapa dijadikan lambang Pramuka, menurut mantan guru Bahasa Indonesia ini, karena satu-satunya tumbuhan yang bisa dimanfaatkan mulai pucuk hingga ke akar.
“Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa tiap Pramuka adalah manusia yang berguna, dan membaktikan diri dan kegunaannya kepada kepentingan Tanah Air, bangsa, dan negara Republik Indonesia serta kepada umat manusia,” jelasnya.
Usai sambutan, Kakak Jefridin menyempatkan diri meninjau peserta Perkemahan untuk Penggalang dan Penegak ini.
Perhatiannya tertuju pada anggota Hizbul Wathan (Gerakan Kepanduan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah), murid kelas 5 Sekolah Dasar Muhammadiyah Plus Batam, di KDA, Batam Center.
Bagaikan ayah dan anak-anaknya, aktivis kampus ini tanpa canggung langsung berbincang dan berfoto bersama. Tentu saja para anak-anak ini senang dikunjungi pejabat teras tak hanya di Pramuka, juga di Pemerintah Kota Batam. ***
___________
Foto: Humas Pemko Batam