PERADABAN manusia tumbuh dan berkembang dari rasa malu. Dari sini muncul budaya, etika dan moral yang menjaga sendi-sendi bermasyarakat. Semakin tinggi peradaban, kian tinggi juga standar mereka dalam menjaga rasa malu.
Dalam syariat Islam pun, rasa malu memiliki keutamaan yang sangat agung. Islam menempatkan budaya sifat malu sebagai bagian dari keimanan seseorang. Orang yang beriman pasti memiliki sifat malu dalam menjalani kehidupan.
Malu adalah perasaan tak nyaman, yang didasarkan pada konsep reputasi, harga diri dan kehormatan pribadi seseorang, jika dipandang negatif oleh orang lain.
Filsuf Aristoteles, mengemukakan satu konsep yang berhubungan dengan rasa malu yaitu aidos. Fussi (2015) menjelaskan bahwa konsep aidos berhubungan dengan rasa malu yang bersifat rasa takut atau kekhawatiran akan konsekuensi dari sebuah perbuatan, yaitu berupa potensi hilangnya reputasi seseorang di hadapan orang lain.
Karena itu, sebagaimana dikemukakan oleh Mencius yang dikutip Wong dan Tsai (2007): “Manusia tak akan bisa hidup tanpa rasa malu. Karena rasa malu adalah awal dari integritas.”
Jika rasa malu sudah hilang, maka seseorang akan kehilangan sifat kemanusiaannya dan berbuat sekehendak hatinya.
Hal ini dapat menyebabkan berbagai kerusakan di muka bumi, seperti korupsi, perselingkuhan, pencurian, dan pelecehan seksual.
Inilah pentingnya di musim pilkada ini, kita memilih pemimpin yang punya rasa malu. Agar daerah ini bermartabat. Bukan yang suka terang-terangan langgar aturan. Kecurangan pun bangga dipertontonkan. Segala cara halal dilakukan, asal tujuan tercapai. Shame on you!
Bagaimana menurut Anda? (ski)