NADIEM MAKARIM, semasa menjabat Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, menyebutkan, bahwa kompetensi menghafal tidak diperlukan di masa depan. Materi belajar yang dihafalkan anak akan cepat hilang.
Menurutnya tantangan masa depan dengan kompleksitas yang tinggi membutuhkan beberapa core kompetensi. Yakni, kemampuan memahami konsep bacaan (literasi) dan mengaplikasikan konsep hitungan di dalam suatu kompleks yang abstrak atau nyata (numerasi).
Profesor John Medina, Direktur Brain Center for Applied Learning Research di Seattle Pacific University, dalam bukunya, Brain Rules (2008) menekankan, bahwa otak kita tak didesain untuk menyimpan (mengingat) semua informasi dengan akurat.
Ingatan kita pada dasarnya adalah rekonstruksi, bukan salinan yang sempurna dari kejadian sebenarnya. Informasi yang sudah disimpan ini dapat dimunculkan lagi melalui proses pemanggilan kembali atau mengingat. Baik pasif dan agresif. Perannya di korteks dan hippocampus.
Proses ini rawan distorsi, sebab informasi yang hilang atau kabur sering digantikan oleh elemen yang tidak akurat, bahkan fiksi, sebab otak kita sangat selektif dan hanya tertarik pada hal-hal yang bermakna atau emosional dan penting saja.
Ini menjelaskan kenapa dua orang yang berada di tempat yang sama, dan menyaksikan kejadian yang sama, bisa berbeda dalam mengingat peristiwa tersebut, karena dipengaruhi oleh faktor sugesti eksternal yang kuat. Seperti like & dislike.
Bagaimana menurut Anda? (ski)
INSPIRASI PAGI: Brain Rules!
