5 Oktober 2024

Kabar Baik dari Batam

INSPIRASI PAGI: Kawan Cerdas, Sohib Bijak

“METODE pertama untuk memperkirakan kecerdasan seorang penguasa adalah dengan melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya,” kata Niccolò Machiavelli.



Meski dikenal sebagai “Bapak Politik Kekuasaan” karena bukunya, “Il Principe” atau “The Prince” yang terbit di abad ke-16 menuai kontroversi hingga saat ini, tetapi ucapan Machiavelli kali ini dapat diterima.

Aristoteles menyebut manusia sebagai makluk sosial dengan istilah “zoon politicon”, atau makhluk yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya.

Dalam berhubungan tersebut manusia selalu tertarik pada tipe yang memiliki kesamaan berdasar suku, agama, ras, hingga golongan.

Hal ini yang melatar belakangi terbentuknya gemeinschaft (paguyuban) dan gesellschaft (patembayan), sebagaimana diulas Soerjono Soekanto dalam bukunya “Sosiologi Suatu Pengantar”.

Rasulullah Muhammad juga pernah berkata, “Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan bersatu, dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan berpisah.” (HR. Muslim, 6376).

Orang Barat juga berkata, “Burung yang sama bulunya, berkumpul di dahan yang sama”.

Maka jangan heran jika kita dapat menilai seseorang dengan melihat sahabat-sahabatnya. Bahkan kesuksesan di masa depan pun bisa ditakar dari circle tadi.

Jadi jika ada orang yang nyaman dikelilingi manusia toxic, tukang nyinyir, menyebar kebencian dan seterusnya. Dapat dipastikan ia punya sifat yang sama merusaknya.

Sehingga kalau ada ungkapan, “sebenarnya dia baik, cuma teman-temannya yang rusak”, tentu melawan nalar. Sebab, teman yang dia pilih adalah cerminan dirinya sendiri.

Ingat, pemilih merepresentasikan siapa yang dipilih, dan kebaikan tak akan pernah bercampur dengan keburukan.

Bagaimana menurut Anda? (ski)
_____
ILUSTRASI AI courtesy Ramon Damora

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *