News  

Batam dalam Lintasan Sejarah Melayu (2)

Batu Ampar disingkat pengucapannya(akronim) menjadi”Batam”. Namun yang jelas, nama Batam banyak disebut dalam catatan perjalanan bangsa asing dan dokumen sejarah, termasuk dalam Traktat London 1824 dan dokumen Kerajaan Riau-Lingga.

Berdasarkan catatan China, Batam dan pulau sekitarnya sudah dihuni manusia sejak 231 M. Sebagaimana Temasek (Singapura)yang pada masa itu masih disebut Pulau Ujung (karena berada di ujung Tanah Semenanjung), pesisir kepulauan Batam dihuni oleh Suku Laut atau disebut Juga Orang Selat.

Sedangkan di daratan (hutan belantara) dihuni suku pedalaman seperti Suku Sakai dan Suku Jakun.

Kawasan Kepulauan Riau dan Tanah Semenanjung, termasuk kepulauan Batam, pernah menjadi wilayah Kerajaan Melayu Singapura, Kemaharajaan Melayu Melaka, Kemaharajaan Melayu (Johor, Riau,
Lingga, Pahang dan Seluruh Daerah Taklukannya) dan Kerajaan Riau Lingga.

BACA JUGA:  Bagaimana Nelayan Bulang Tak Bahagia, HMR Datang Bagikan Ratusan Kartu BPJS

Pada awal Kemaharajaan Melayu (pasca-runtuhnya Melaka kepulauan Batam menjadi wilayah langlang laut (pengawalan) Hang Nadim. Laksamana Melayu yang berkhidmat sejak masa Sultan Mahmud Syah I dan Sultan Alauddin Riayat Syah II itu diberikan amanah sebagai Raja Laut atau Langlang Laut yang bertangung-jawab membendung pengaruh bangsa asing (terutama Portugis) di kepulauan Melayu. Dan kepulauan Melayu dimaksud termasuk Pulau Batam dan sekitarnya.

Mengacu berbagai sumber, Edi Sutrisno dkk menyebutkan, Penduduk Melayu yang bermukim di kepulauan Batam berasal dari Tanah Semenanjung Melayu(Malaysia dan Singapura sekarang) serta
Jambi.

Sebagaimana diketahui, seputar abad ke-17 M, pernah terjadi perang antara Johor dan Jambi dan tidak tertutup kemungkinan para tentaranya banyak yang kemudian tinggal dan menetap di kepulauan Melayu, termasuk kawasan Batam.

BACA JUGA:  2017 Sempat Terpuruk, di 2019 Ekonomi Kepri Tumbuh Signifikan

Sementara pendapat yang mngatakan berasal dari Tanah Semenanjung Melayu tak terbantahkan lagi, karena kepulauan Batam berdepan-depan langsung dengan kawasan itu itu.

(Bersambung)

Disadur dari buku “Sejarah Melayu”
Karya: Ahmad Dahlan, PhD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *