“KRISIS adalah peluang dan tanda akan munculnya pemimpin baru,” ujar tokoh nasional Anis Matta, dalam sebuah talk show.
Jelang pemilihan kepala daerah Kepulauan Riau (Kepri), idiom semacam “Kepri Butuh Rudi” hingga “Rudi-Rafiq Gubernur Baru”, banyak bermunculan di media sosial.
Penyebabnya, masyarakat merasa Kepri dalam lima tahun terakhir -seperti disampaikan mantan anggota DPRD Kota Batam Uba Ingan Sigalingging- terkesan stagnan. Pembangunan lamban, target PAD tak tercapai, hingga defisit anggaran.
Padahal Pemprov Kepri sudah banyak dibantu oleh Batam, seperti 75% pendapatan berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor di Batam, hingga melepas tanggung jawab membangun jalan provinsi.
Tampilnya calon Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri nomor urut 2, H Muhammad Rudi-H Aunur Rafiq (Rudi-Rafiq) dengan program yang konkret, menumbuhkan optimisme baru di hati rakyat yang selama ini tidak berdaya, karena seolah tidak tahu bagaimana bersikap.
Penilaian masyarakat ini berdasar analisis kritis atas profil calon dan program, dari aspek kapasitas, integritas, dan kualitas personal lainnya, seperti pengalaman sukses HMR sebagai Wali Kota Batam dan Kepala Badan Pengusahaan Batam, serta Rafiq sebagai Bupati Karimun.
Pemikiran semacam ini wajar dalam iklim demokrasi. Balas argumen dengan argumen. Tak perlu sentimen, demagogi apalagi baper dan menjadikan masalah pribadi. Hargai perbedaan, jangan memunculkan kebencian dan dendam.
Pendiri Facebook, Mark Elliot Zuckerberg, pernah berkata, “Orang sukses selalu kelebihan satu cara, sedangkan orang gagal selalu kelebihan satu alasan.” Jangan dek ya…
Bagaimana menurut Anda? (ski)