INSPIRASI PAGI: Berpikir Intelektual
DULU patokan intelektual atau tidaknya seseorang dapat dilihat dari banyaknya pengetahuan yang dikuasai. Tahu ini itu. Maklum zaman itu media informasi sulit diakses.
Harus berlangganan koran, majalah, atau pergi ke perpustakaan dulu agar dapat asupan ilmu pengetahuan. Hal ini tak mudah dilakukan orang kebanyakan.
Beda dengan era internet saat ini, di mana informasi bagikan air bah. Sampai ada ungkapan, “Saat ini kita kebanjiran informasi, tapi kehausan fakta.”
Maklumlah, saat ini apa saja ada di internet. Bahkan pengetahuan yang menurut kita tidak penting, berbahaya, paling dibenci, hingga hoaks sekalipun. Semua informasi ini mudah diakses dari telepon seluler yang kini sudah memasyarakat.
Maka, jangankan orang dewasa, anak-anak pun kini banyak tahu segala hal. Sehingga patokan intelektual tak lagi diukur dari seberapa banyak informasi yang dikuasai, melainkan
bagaimana cara seseorang memverifikasi data yang didapat –apakah benar atau salah– dan kemudian menggunakannya secara bermakna.
Kemampuan memverifikasi inilah yang sangat sulit dilakukan. Sebab, untuk bisa melakukan hal tersebut seseorang harus memiliki kemampuan berpikir kritis (critical thinking). Sehingga bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang akurat atau valid, mana yang tidak dan seterusnya.
Jadi saat ini jangan gampang terpesona melihat orang pandai ngomong atau mengomentari ini dan itu. Sebab belum tentu isinya benar atau bermakna. Kecuali setiap pernyataan dan klaimnya tersebut sudah dikonfirmasi, minimal dari dua belah pihak. Itulah beda menyampaikan kebenaran, dan pembenaran.
Bagaimana menurut Anda? (ski)