INSPIRASI PAGI: Halal Bihalal (1)

ENERGI POSITIF: Wali Kota Batam/Kepala Badan Pengusahaan Batam H Muhammad Rudi (HMR), bersama Wakil Gubernur Kepulauan Riau Hj Marlin Agustina, menyalami masyarakat saat halal bihalal dengan warga Kecamatan Bengkong, Rabu (3/5/2023) malam.

ADA SEJUMLAH versi asal usul istilah Halal bihalal. Versi pertama berasal dari kata “alal behalal” dan “halal behalal”. Kata ini masuk dalam kamus Jawa-Belanda, karya Dr. Th. Pigeaud 1938.

Dalam kamus yang dikutip laman kemenkopmk.go.id ini, “alal behalal” berarti “dengan salam” (datang, pergi) untuk memohon maaf atas kesalahan kepada orang lebih tua atau orang lainnya setelah puasa (lebaran, Tahun Baru Jawa).

Sementara “halal behalal” diartikan sebagai “dengan salam” (datang, pergi) untuk saling memaafkan di waktu lebaran.

Baca juga: Halal Bihalal di Bengkong, HMR & Marlin Panen Dukungan & Ucapan Terima Kasih

Asal usul istilah “halal bihalal” ini bermula dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo, Jawa Tengah, sekitar tahun 1935-1936. Pada saat itu, martabak tergolong makanan baru bagi masyarakat Indonesia.

BACA JUGA:  INSPIRASI PAGI: Why?

Pedagang martabak ini dibantu dengan pembantu primbuminya kemudian mempromosikan dagangannya dengan kata-kata “martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal”. Sejak saat itu, istilah “halal behalal” mulai populer di masyarakat Solo.

Masyarakat kemudian menggunakan istilah ini untuk sebutan seperti pergi ke Sriwedari di hari lebaran atau silaturahmi di hari lebaran. Kegiatan halal bihalal kemudian berkembang menjadi acara silaturahmi saling bermaafan saat Lebaran.

Bagaimana menurut Anda?(ski)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *