INSPIRASI PAGI: Senang Lihat Orang Susah

DI INDUSTRI film, ada sebuah produk gaya komedi untuk bahan pengocok perut. Namanya slapstick, yang muncul pada 1920-an di Hollywood, Amerika Serikat.
Arwah Setiawan dalam Humor Zaman Edan menyebut, Mack Sennett, Harold Llyoid, dan Charlie Chaplin merupakan pelopor humor “kasar”, yang dipenuhi rusak-rusakan, saling lempar kue, gebuk-gebukan, keplak-keplakan kejar-kejaran, dan hancur-hancuran barang.
Namun sebagai catatan, di era tersebut teknologi film bersuara belum ditemukan. Jadi, gaya humor yang mengandalkan interaksi fisik antartokoh sangat ditekankan, karena tak ada dialog atau suara.
Wabah ini kemudian masuk ke Indonesia awal tahun 1970-an. Hingga kini, saat
film komedi kembali naik daun, slapstick masih menjadi bumbu untuk merangsang tawa penonton.
Mungkin dari sini muncul istilah, “Senang lihat orang susah”. Hingga dalam keseharian, ada saja yang tertawa girang saat melihat orang lain dipukul dan sebagainya.
Menurut James Danandjaja dalam pengantar buku, “Indonesia Tertawa: Srimulat sebagai Sebuah Subkultur”, lawakan semacam ini biasanya sangat digemari anak-anak atau orang-orang dari kelas menengah ke bawah. Karena dapat mengendurkan syaraf yang tegang, serta dapat melampiaskan perasaan agretivitas secara aman.
Meski peran slapstick tak mudah dilakukan, tapi saat ini mulai banyak masyarakat yang memprotes, khususnya di televisi, adegan kasar yang dibuat untuk memancing tawa ini. Sebab selain nirempati dan norak, juga jauh dari rasa kemanusiaan.
Bagaimana menurut Anda? (ski)
Disarikan dari artikel historia