“SAYA berkeyakinan bahwa untuk menjadi apapun, termasuk jadi pengusaha, modal yang utama adalah itikad. Lalu ilmu-ilmu yang memadai seperti ilmu selera dan seni,” jelas Joseph Theodorus Wulianadi. Siapa dia?
Dia dikenal dengan “Mr. Joger”,, sosok di balik berdirinya Pabrik Kata-kata Joger. Rasanya tak ada wisatawan yang pulang dari Bali tanpa selembar kaus Joger.
Tak hanya kaus, berbagai souvenir dari Joger pun memiliki keunikannya masing-masing. Sehingga tak heran apabila nama Joger telah mendunia.
Seperti kami lansir dari Detik Bali, pada 19 Januari 1981, ia resmi mendirikan bisnisnya di sebuah toko tanpa nama yang menjual aneka barang kerajinan khas Bali, di Jalan Sulawesi, Nomor 37, Denpasar.
Suatu ketika, Joseph diminta Dinas Perdagangan Denpasar untuk segera memberi nama pada tokonya. Hingga tercetus sebuah ide menggabungkan beberapa huruf dari nama depannya dengan nama depan sahabatnya, Gerhard Seeger.
Pemikiran tersebut muncul setelah Joseph teringat akan jasa dan kebaikan sahabat semasa sekolah pariwisata di Hotelfachshule, Bad Wiesee, Jerman. Sehingga lahirlah nama “Jo – Ger” atau Joger.
Dari satu toko di Jalan Sulawesi, membuka satu toko lagi di jalan sama dan sebuah toko lagi di kawasan Kuta. Namun, pada 7 Juli 1987, ia memutuskan menutup dua toko Joger di Denpasar. Hanya toko Joger di Jalan Raya Kuta, yang dipertahankan.
Sejak 1990-an hingga kini, toko itu dikenal dengan nama: Pabrik Kata-Kata Joger.
“Dalam berbisnis saya tidak memakai strategi, kiat, siasat, dan trik. Tapi memakai sikap hidup seperti jujur, ramah, rajin, aktif dan bertanggungjawab. Juga berinisiatif, karena itu penting sekali,” tuturnya.
Ia pun berpesan kepada wirausahawan untuk membiasakan diri beritikad baik sebelum, sembari, maupun sesudah melakukan apapun.
“Jadi, bersatu kita teguh, beritikad lebih teguh. Ini semboyan kami tahun ini,” ujar pria yang kini telah memiliki tiga cucu ini.
Bagaimana menurut Anda? (ski)
Baca Juga: INSPIRASI PAGI: Baca Sebelum Tulis